Laporan Analisis Penurunan Harga Bitcoin

 

Bitcoin price usd

Faktor Fundamental

Sentimen Makroekonomi Global: Berita negatif di pasar tradisional memicu korelasi jual besar-besaran. Misalnya, kebijakan tarif perdagangan baru AS dan gejolak politik global telah meningkatkan volatilitas pasar keuangan, mendorong investor keluar dari aset berisiko seperti Bitcoin. Data ekonomi AS yang lebih baik dari perkiraan (indeks ISM, jumlah lowongan kerja tinggi) membuat ekspektasi Fed tetap ketat, sehingga imbal hasil obligasi AS naik ke level tertinggi bulanan (10Y ~4,68%). Kondisi ini mengalihkan minat investasi dari Bitcoin ke instrumen “safe-haven” seperti obligasi, menekan harga BTC secara makro.

Kebijakan Moneter dan Regulasi: Pidato pejabat bank sentral (Federal Reserve) yang hawkish serta ketidakpastian regulasi kripto turut membebani pasar. Misalnya, belum ada kepastian baru dari regulator AS atau Asia tentang pelonggaran kebijakan, sehingga investor cenderung menunggu kejelasan kebijakan . Di sisi lain, rumor kebijakan pro-kripto (seperti narasi politik pro-crypto dari sebagian kalangan AS) sempat menopang sentimen bullish jangka panjang.

Adopsi Institusional dan Aliran Dana: Perubahan sentimen investor institusional terlihat dari arus masuk/keluar ke produk ETF Bitcoin. Pada awal 2025 sempat tercatat aliran masuk besar, namun belakangan ETF mengalami arus keluar besar (sekitar US$199 juta minggu ke-3 Juli 2025) saat harga Bitcoin mencapai ATH ~US$122.000. Data menunjukkan peningkatan penjualan oleh investor besar dan “diamond hands” (pemegang jangka panjang), menandakan mereka mulai mengunci keuntungan. Meskipun demikian, beberapa analis mencatat arus masuk mingguan (net inflow ~US$237 juta, terutama dari BlackRock, Fidelity, ARK) masih mendominasi tekanan jual penambang, sehingga menciptakan struktur beli (buy pressure) oleh institusi. Dengan kata lain, arus institusional masih kuat, tetapi tidak cukup mengimbangi volume jual di puncak harga.

Tekanan Penambang dan Likuidasi Derivatif: Data on-chain menunjukkan penambang mulai merealisasi Bitcoin milik mereka setelah reli panjang, sehingga cadangan miner reserve menurun. Faktor lain adalah likuidasi besar posisi long derivatif: dalam satu hari di awal Agustus 2025 tercatat likuidasi sekitar US$570–905 juta posisi long. Kombinasi penjualan penambang dan penutupan long ini menyebabkan koreksi cepat sampai kisaran US$115.000 (sekitar Rp1,7–1,8 triliun) dalam hitungan hari.


Analisis Teknikal

Grafik harian BTC/USD (sumber TradingView) menampilkan area resistensi utama sekitar US$120.811 dan support di US$116.952. Bila support ini ditembus, harga berpotensi turun ke sekitar US$114.354. Secara teknikal, Bitcoin sempat menembus support di kisaran US$116.952–119.000 dan sempat dites di US$115.000–114.300 sebelum rebound. Pola candlestick yang terbentuk oleh sebagian analis diinterpretasikan sebagai bullish retest pola inverse head-and-shoulders: konsolidasi di sekitar US$115.000 dianggap sebagai dasar potensial untuk reli berikutnya menuju US$140.000 menjelang akhir tahun.

Level support dan resistensi kunci lainnya tercermin dari data Pintu News: Bitcoin menghadapi resistensi kuat di sekitar US$103.000 saat ini, dengan support penting di US$100.500 dan US$100.000. Indikator teknikal juga menunjukkan sinyal kehati-hatian: MACD harian mulai kehilangan momentum bullish dan RSI jatuh di bawah 50, menandakan tekanan jual meningkat.

Demikian pula, pola segitiga pendek atau konsolidasi yang terjadi pada February 2025 memperlihatkan resistensi di US$92.200, sehingga kegagalan menembus level ini berpotensi menuntun harga turun ke support berikutnya di US$90.850, bahkan US$88.500–86.400. 

Kegagalan menahan support-support psikologis tersebut dapat memicu koreksi yang lebih dalam.


Data Harga dan Grafik Harga

Grafik pergerakan harga Bitcoin dalam 24 jam per 24 Juli 2025 (sumber: Pintu) menunjukkan koreksi ringan sekitar 0,44%, dari Rp1,945 triliun menjadi ~Rp1,936 triliun. Menurut CoinMarketCap, kapitalisasi pasar Bitcoin berada di kisaran US$2,36 triliun dengan volume 24 jam ~$65,9 miliar. Data harga terkini menunjukkan BTC bergerak dalam rentang sempit setelah menyentuh ATH baru. Breakout ke atas zona Rp1,9–2,0 triliun diperlukan untuk melanjutkan bullish, sementara kegagalan mempertahankan level ini dapat memicu penurunan lebih lanjut menuju Rp1,7–1,8 triliun (sekitar US$114.000–115.000).


Analisis Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Jangka Pendek (beberapa minggu): Analis memandang jangka pendek Bitcoin rentan fluktuasi. Jika kondisi makro membaik (seperti stabilisasi suku bunga atau mereda tensi perdagangan), ada potensi rebound menuju US$120.000–122.000. Namun jika support kritis sekitar US$115.000 (Rp1,7T) gagal bertahan, risiko penurunan lebih dalam meningkat. Indikator Fear & Greed yang turun menjauh dari zona “greed” turut menandakan sentiment pasar melemah. Pengulangan pola musim lemah (August Curse) juga mengingatkan bahwa Agustus sering menjadi periode koreksi musiman.


Jangka Panjang (6–12 bulan): Secara umum konsensus analis masih optimistis terhadap tren bullish Bitcoin. Beberapa proyeksi jangka menengah menyebut Bitcoin dapat mencapai Rp2,0–2,5 miliar (US$125.000–150.000) atau lebih akhir tahun ini. Misalnya, Ryan Lee (Bitget) menargetkan rata-rata US$125.000 di Q3–Q4 2025 dengan puncak US$135–150.000. Prediksi lebih ekstrem juga muncul: analis Bernstein memproyeksikan nilai Bitcoin bisa menyentuh ~US$200.000 (±Rp3,2 miliar) pada akhir 2025. Faktor pendukungnya adalah arus masuk institusi yang terus besar (ETF spot, adopsi perusahaan) dan landasan makro long term yang relatif positif (harapan pelonggaran kebijakan moneter). Namun risiko koreksi masih ada jika data ekonomi AS mengejutkan (memicu kekhawatiran suku bunga kembali naik) atau ketegangan perdagangan global meningkat.


Rekomendasi Analis

  • Waspada Koreksi: Sebagian analis menekankan kehati-hatian. Data on-chain dan kondisi teknikal memperingatkan bahwa penembusan support US$110.000–115.000 dapat memicu gelombang likuidasi lebih besarcryptoharian.com. Ryan Lee mengingatkan investor harus siap menghadapi koreksi 10–30% dan terus memantau perkembangan makroekonomiliputan6.com.

  • “Buy the Dip” Bertahap: Di sisi lain, beberapa pihak melihat penurunan saat ini sebagai peluang akumulasi. Menurut Abdul Rafay Gadit (Indodax), pembelian melalui ETF institusional menciptakan tekanan beli yang kuat secara struktural, sehingga investor jangka panjang bisa memanfaatkan koreksi untuk membeli di harga rendahduniafintech.com. Arthur Hayes (mantan CEO BitMEX) bahkan berpendapat bahwa setelah gelombang penjualan ini “kesempatannya justru semakin bullish”id.beincrypto.com.

  • Posisi yang Direkomendasikan: Analisis teknikal menyarankan menunggu konfirmasi. Jika Bitcoin rebound di atas support krusial (~Rp1,9T) dan menunjukkan penguatan volume, strategi “buy the dip” dengan target jangka menengah dapat dipertimbangkan. Sebaliknya, jika breakout ke bawah support berlanjut, pengurangan eksposur terhadap BTC atau menjaga porsi likuiditas lebih besar bisa lebih bijak.

Kesimpulan

Inti Analisis: Pasar Bitcoin saat ini masih berada dalam fase koreksi jangka pendek. Faktor utama meliputi tekanan makroekonomi global (suuku bunga & volatilitas pasar) dan aksi profit-taking besar dari institusi serta penambang. Secara teknikal, level support penting berada di ~US$115.000 (Rp1,7–1,8T) hingga US$116.000 (Rp1,8–1,9T); penembusan di bawah level tersebut bisa mengundang penurunan lebih dalam. Namun, analis umumnya melihat sentimen jangka panjang masih bullish, dengan proyeksi Bitcoin dapat mencapai $125–140K (Rp2–2,2T) atau lebih pada akhir 2025 bila tren inflow institusional berlanjut.


  Rekomendasi: Investor disarankan mengevaluasi toleransi risiko masing-masing. Bila optimisme fundamental (ETF, adopsi institusional) terbukti kuat, momen koreksi ini bisa jadi kesempatan akumulasi terbatas. Namun jika geopolitik dan data ekonomi tetap menekan, strategi menunggu perbaikan tren (menghindari pembelian agresif saat penurunan) lebih aman.


Ringkasan Rekomendasi Utama:

  • Support level kunci: Rp1,8–1,9 triliun (US$115–116K). Jika bertahan, potensi rebound meningkat .


  • Resistensi kunci: US$120–122K (Rp2,0T). Penembusan di atas ini mengindikasikan kelanjutan tren naik.

  • Outlook jangka menengah: Masih bullish jika ETF inflow dan sentimen global membaik; risiko koreksi besar muncul jika data ekonomi AS membaik ekstrem atau konflik dagang meningkat.

  • Aksi perdagangan: Sebagian analis menyarankan menunggu sinyal klarifikasi (breakout atau rebound yang kuat) sebelum masuk, sementara yang lain memanfaatkan penurunan ringan sebagai kesempatan beli bertahap dengan memperhatikan stop-loss ketat.

Comments