Analisis Penurunan Harga Bitcoin (25 Juli 2025)

 

Btc bear

Faktor Teknis: Sejumlah indikator teknikal menunjukkan sinyal bearish. Pada 24–25 Juli harga BTC melemah menembus area support konsolidasi di sekitar US$116.000–120.000, mengonfirmasi breakdown pola sideways sebelumnya. Misalnya, grafik 4-jam mencatat pola divergensi negatif antara harga dan RSI, serta sinyal jual pada indikator MACD yang tetap terjaga sejak akhir Juli. Bollinger Bands mulai menyempit (mengindikasikan volatilitas menurun) sementara RSI dan indikator CMF/OBV bergerak turun tajam, menandakan momentum bullish memudar. Selain itu, terdapat gap di chart CME Futures (sekitar US$114.300–115.700) yang biasanya terisi ulang – tekanan jual algoritmik cenderung memicu penutupan gap tersebut. Akibatnya, banyak order long (beli) terpicu likuidasi (mis. likuidasi long ~US$144 juta pada BTC), semakin mempercepat koreksi harga.

Faktor Fundamental: Berbagai berita besar turut memberi tekanan jual. Hari Jumat (25 Juli) expiry opsi kripto bulan Juli mendatangkan volatilitas tinggi – total opsi BTC/ETH senilai sekitar US$14–15 miliar habis masa berlakunya (max pain BTC di ~US$112.000). Kadaluwarsa ini berpotensi mendorong harga mendekati level tersebut karena tekanan pelaksanaan option. Sementara itu, sejumlah institusi besar melakukan aksi jual: misalnya laporan menyebut Galaxy Digital memindahkan puluhan ribu BTC (senilai miliaran USD) ke bursa, memicu panik jangka pendek dan likuidasi posisi long. Sebaliknya, arus masuk institusional lebih banyak ke aset lain: misalnya dana ETF Ethereum BlackRock (ETHA) melonjak, dengan total AUM melewati US$10 miliar pada 23 Juli, dan ETF ETH mencatat arus bersih jauh lebih besar daripada ETF BTC dalam pekan terakhir – mengindikasikan rotasi modal sebagian ke altcoin. Di sisi berita regulasi, pasar menanti kebijakan baru: Gedung Putih dijadwalkan rilis laporan kripto 30 Juli, sementara UU Stablecoin AS (“Genius Act” – 18 Juli) menambah ketidakpastian regulasi. Isu-isu ini – ditambah rumor seperti model kerangka hukum kripto India (“COINS Act” diluncurkan 21 Juli) – menciptakan suasana hati-hati bagi investor.

Faktor Makroekonomi: Kondisi ekonomi global juga memengaruhi sentimen. Data ekonomi AS terbaru menunjukkan pemesanan barang tahan lama Juni turun 9,3% (lebih baik dari perkiraan), mengakibatkan Indeks Dolar AS (DXY) menguat menuju ~98. Sesaat sebelum 25 Juli, DXY berada di kisaran 97,6–97,7, walau selanjutnya sempat turun di bawah 97,5 ketika euro menguat. Penguatan dolar dan kenaikan imbal hasil obligasi cenderung menekan aset berisiko seperti Bitcoin. Meski begitu, pasar saham AS dalam beberapa hari terakhir mencetak rekor baru (S&P500 lima hari berturut-turut naik), namun indeks Dow Jones sempat melemah ~0,7% pada 24 Juli karena kekhawatiran kebijakan moneter. Kekhawatiran bahwa The Fed akan menahan suku bunga tinggi lebih lama (penundaan pelonggaran moneter) juga menambah tekanan risk-off di pasar. Secara keseluruhan, kombinasi dolar yang relatif kuat dan pasar yang masih waspada menjelang keputusan suku bunga AS mendatang turut membatasi kenaikan Bitcoin, sehingga koreksi berjalan lebih dalam.

Sumber: Analisis ini merujuk informasi dari media crypto dan finansial terkemuka. Misalnya, CoinDesk melaporkan outlook teknikal Bitcoin yang sedang menarik perhatian (seperti futures gap); Cointelegraph memberitakan isu regulasi seperti laporan kebijakan kripto Gedung Putih; serta Bloomberg menyebut penawaran saham MicroStrategy (untuk menambah cadangan BTC) di tanggal 24 Juli (faktor sentimen). Data likuidasi dan arus dana diambil dari platform TradingView/CoinGlass dan analisis Coinvestasi, sedangkan situasi pasar makro dikutip dari laporan investasi dan pasar keuangan (mis. Investopedia, RTTNews). Semua rangkuman ini mengaitkan perkembangan pada 25 Juli 2025 dengan pergerakan harga Bitcoin yang bearish.

Comments