1000 list mindset orang miskin part 1

 

Mindset


🔴 KATEGORI 1: MINDSET TERHADAP UANG

  1. Uang adalah sumber kejahatan.

  2. Kaya itu identik dengan korup.

  3. Lebih baik cukup asal bahagia, daripada kaya tapi stres.

  4. Gaji kecil disyukuri saja, tidak usah menuntut lebih.

  5. Uang cepat habis, jadi lebih baik langsung dihabiskan.

  6. Investasi itu hanya untuk orang kaya.

  7. Ngapain punya tabungan kalau belum tentu hidup besok?

  8. Uang tidak bisa dibawa mati.

  9. Kerja keras pasti membuat kaya (tanpa strategi).

  10. Uang akan datang sendiri kalau rajin ibadah.

  11. Kaya itu takdir, bukan usaha.

  12. Orang kaya pelit, saya tidak mau jadi seperti itu.

  13. Saya miskin karena orang tua saya juga miskin.

  14. Uang bikin orang berubah.

  15. Duit dari usaha haram cepat kaya.


🔴 KATEGORI 2: MINDSET TERHADAP PEKERJAAN

  1. Kerja ya asal ada aja.

  2. Asal punya kerja tetap, udah aman.

  3. Gaji kecil tapi dekat rumah itu udah cukup.

  4. Nggak usah pindah kerja, nanti mulai dari nol.

  5. Takut mencoba pekerjaan baru karena malu gagal.

  6. Nggak berani belajar skill baru karena usia.

  7. Mending kerja kasar tapi halal, daripada belajar digital.

  8. Takut naik jabatan karena tanggung jawab besar.

  9. Tidak ingin punya usaha karena takut rugi.

  10. Kerja keras siang malam demi gaji pas-pasan.

  11. Takut berjualan karena merasa tidak cocok.

  12. Tidak mau kerja online karena gaptek.

  13. Tidak percaya diri dengan ide bisnis sendiri.

  14. Lebih memilih jadi bawahan seumur hidup.

  15. Merasa tidak pantas jadi pemimpin.


🔴 KATEGORI 3: MINDSET TERHADAP WAKTU

  1. Santai aja, nanti juga ada rezekinya.

  2. Nonton TV lebih penting daripada belajar.

  3. Tidur siang adalah kemewahan hidup.

  4. Besok aja deh, hari ini pengen rebahan.

  5. Terlalu capek buat belajar hal baru.

  6. Membuang waktu untuk hal yang tidak produktif.

  7. Tidak punya jadwal harian yang jelas.

  8. Tidak menghargai waktu orang lain.

  9. Tidak tahu apa yang mau dicapai dalam 5 tahun ke depan.

  10. Tidak membuat target finansial tahunan.


🔴 KATEGORI 4: MINDSET TERHADAP PENDIDIKAN

  1. Sekolah tinggi itu buang-buang uang.

  2. Ilmu itu tidak penting, yang penting relasi.

  3. Orang bodoh asal punya modal, bisa sukses.

  4. Belajar itu buat anak sekolah, bukan orang tua.

  5. Ngapain kursus, ujung-ujungnya tetap nganggur.

  6. Tidak mau ikut pelatihan gratis.

  7. Merasa ilmu tidak bisa mengubah nasib.

  8. Tidak punya semangat membaca atau riset.

  9. Tidak menganggap literasi keuangan itu penting.

  10. Tidak mau belajar dari orang sukses.


🔴 KATEGORI 5: MINDSET SOSIAL DAN LINGKUNGAN

  1. Takut dianggap sok sukses.

  2. Lebih nyaman berada di zona "sesama susah".

  3. Menertawakan orang yang mulai usaha.

  4. Meremehkan orang yang belajar hal baru.

  5. Menganggap orang sukses itu sombong.

  6. Takut dicap "gila kerja".

  7. Lebih percaya gosip daripada data.

  8. Takut meninggalkan lingkungan toxic.

  9. Malu dianggap ambisius.

  10. Tidak ingin terlihat berbeda dari teman sekitar.


🔴 KATEGORI 6: MINDSET TENTANG UTANG DAN KONSUMSI

  1. Gengsi lebih penting daripada kondisi.

  2. Beli barang mahal untuk pamer, walau lewat utang.

  3. Kredit motor/mobil demi tampil sukses.

  4. Beli HP mahal padahal penghasilan pas-pasan.

  5. Lebih memilih cicilan daripada menabung dulu.

  6. Gaji langsung habis buat bayar cicilan.

  7. Punya kartu kredit bukan untuk kebutuhan, tapi gaya hidup.

  8. Ngutang ke banyak teman tanpa niat bayar.

  9. Merasa utang itu biasa, semua orang juga begitu.

  10. Tidak tahu total utang pribadi.

  11. Tidak pernah mencatat pengeluaran bulanan.

  12. Belanja karena emosi, bukan kebutuhan.

  13. Tidak bisa membedakan "butuh" dan "ingin".

  14. Lebih suka diskon daripada kualitas.

  15. Merasa berhak foya-foya setelah kerja keras.

  16. Mengandalkan pinjol untuk kebutuhan bulanan.

  17. Nggak mau repot nyari harga termurah.

  18. Tidak sadar efek bunga majemuk dari utang.

  19. Mengira hidup berhemat itu menyiksa.

  20. Merasa malu bawa bekal, lebih baik jajan mahal.


🔴 KATEGORI 7: MINDSET TENTANG INVESTASI DAN RISIKO

  1. Investasi itu penipuan.

  2. Saham dan crypto itu judi.

  3. Lebih baik simpan uang di bawah bantal.

  4. Takut kehilangan uang jadi nggak berani investasi.

  5. Tidak ngerti investasi, jadi memilih diam.

  6. Nggak mau belajar investasi, takut ribet.

  7. Merasa terlalu tua untuk mulai.

  8. Percaya orang lain investasikan uangnya tanpa riset.

  9. Investasi harus untung besar, kalau nggak, buang waktu.

  10. Takut ditipu karena pengalaman orang lain.

  11. Lebih pilih emas fisik daripada instrumen lain karena 'katanya aman'.

  12. Tidak punya rencana pensiun/investasi jangka panjang.

  13. Takut rugi padahal belum coba.

  14. Tidak mempelajari resiko sebelum terjun.

  15. Asal ikut tren tanpa paham.

  16. Gagal sekali, kapok seumur hidup.

  17. Fokus ke return besar, bukan pengelolaan risiko.

  18. Anggap reksa dana itu cuma buat orang kaya.

  19. Tidak tahu bedanya investasi dan spekulasi.

  20. Menolak semua bentuk investasi karena “trauma”.


🔴 KATEGORI 8: MINDSET TERHADAP TEKNOLOGI DAN PERKEMBANGAN ZAMAN

  1. Teknologi itu cuma buat anak muda.

  2. Belajar komputer itu buang waktu.

  3. Gaptek dan bangga.

  4. Takut pakai aplikasi keuangan karena ribet.

  5. Tidak percaya uang digital.

  6. Takut ditipu online, jadi pilih cash terus.

  7. Menolak belajar tools digital gratis (Google Drive, Canva, dll).

  8. Tidak pernah upgrade skill digital.

  9. Merasa internet hanya buat hiburan.

  10. Tidak mau buat akun email pribadi.

  11. Tidak percaya pada pekerjaan remote/online.

  12. Menganggap media sosial hanya buat orang terkenal.

  13. Merasa jualan online tidak punya masa depan.

  14. Tidak tahu cara menggunakan marketplace.

  15. Takut memulai channel YouTube atau TikTok karena malu.

  16. Tidak bisa membedakan informasi hoax vs fakta online.

  17. Percaya mitos online tanpa validasi.

  18. Menolak e-wallet padahal sering bayar online.

  19. Tidak memanfaatkan kursus online gratis.

  20. Tidak punya keinginan upgrade gadget buat produktivitas.


🔴 KATEGORI 9: MINDSET RELIGIUS YANG DISALAHARTIKAN

  1. Pasrah saja, rezeki sudah ada yang ngatur.

  2. Kalau miskin di dunia, insyaAllah kaya di akhirat.

  3. Orang kaya pasti lupa diri.

  4. Berjuang cari uang berlebihan bisa dianggap kufur nikmat.

  5. Kaya itu ujian, mending nggak usah kaya.

  6. Rezeki nggak akan ketukar, jadi nggak perlu usaha keras.

  7. Lebih baik fakir tapi beriman.

  8. Islam melarang kekayaan dunia (padahal tidak).

  9. Takut berdosa kalau punya uang banyak.

  10. Semua orang sukses pasti bermain kotor.

  11. Menganggap zikir lebih penting dari mencari ilmu dunia.

  12. Mengandalkan sedekah untuk balik modal instan.

  13. Menggunakan agama sebagai pembenaran untuk malas.

  14. Berpikir "susah adalah bentuk kasih sayang Tuhan".

  15. Miskin adalah bentuk kerendahan hati.

  16. Semua yang terjadi pasti takdir, bukan karena keputusan pribadi.

  17. Mengharapkan mukjizat tanpa usaha.

  18. Tidak mau menuntut ilmu karena “ilmu akhirat saja cukup”.

  19. Menganggap kaya sebagai sumber fitnah.

  20. Menolak kerja keras karena menganggap dunia hanya sebentar.


🔴 KATEGORI 10: MINDSET TENTANG KESEHATAN DAN POLA HIDUP

  1. Kalau sakit ya takdir, bukan karena gaya hidup.

  2. Tidak mau periksa ke dokter karena takut keluar uang.

  3. Makan apa aja yang penting kenyang.

  4. Tidak peduli gizi anak karena 'yang penting makan'.

  5. Menganggap olahraga itu buang waktu.

  6. Merokok terus meski ekonomi mepet.

  7. Tidak percaya pentingnya tidur cukup.

  8. Mengabaikan stres dan mental health.

  9. Takut ke rumah sakit karena takut “diketahui sakit”.

  10. Mengandalkan jamu atau mitos tanpa tahu dosis.

  11. Malas masak sehat, lebih memilih gorengan murah.

  12. Tidak mau diet karena merasa "rezeki jangan ditolak".

  13. Menolak ikut BPJS karena merasa sehat terus.

  14. Berpikir sehat itu mahal.

  15. Tidak mempersiapkan dana darurat kesehatan.

  16. Tidak tahu pentingnya air putih dan minum manis terus.

  17. Tidak tahu pentingnya kesehatan gigi dan mata.

  18. Menganggap vitamin itu hanya buat orang kaya.

  19. Tidak belajar soal penyakit genetik atau preventif.

  20. Tidak menganggap penting sanitasi dan kebersihan pribadi.


🔴 KATEGORI 11: MINDSET DIGITAL DAN KESEMPATAN ERA INTERNET

  1. “Internet cuma buat hiburan.”

  2. Takut jualan online karena malu diejek teman.

  3. Malas buat akun media sosial profesional.

  4. Tidak tahu pentingnya personal branding.

  5. Menganggap freelance online hanya buang waktu.

  6. Takut ditolak klien, jadi tidak pernah coba.

  7. Tidak belajar dari tutorial YouTube gratis.

  8. Tidak tahu pentingnya portofolio digital.

  9. Tidak pernah bikin akun LinkedIn.

  10. Tidak mencoba daftar kerja remote.

  11. Merasa internet adalah tempat penipuan semua.

  12. Tidak tahu cara kirim CV lewat email.

  13. Menolak belajar edit video/presentasi karena merasa gaptek.

  14. Tidak percaya bisa menghasilkan dari skill menulis, desain, dll.

  15. Tidak mencoba monetisasi konten.

  16. Tidak mau belajar SEO, digital marketing, padahal bisa gratis.

  17. Tidak ikut komunitas online yang bisa menambah relasi.

  18. Tidak menganggap penting blog, website, landing page.

  19. Tidak tahu cara daftar ke platform freelance seperti Fiverr, Upwork.

  20. Mengira jadi content creator itu cuma untuk orang terkenal.


🔴 KATEGORI 12: MINDSET TENTANG KELUARGA, ANAK, DAN WARISAN POLA PIKIR

(181–240)

  1. Saya miskin, jadi anak saya juga harus terbiasa hidup susah.

  2. Tidak perlu pendidikan tinggi, yang penting bisa bantu orang tua.

  3. Anak harus nurut meski tidak diberi contoh yang baik.

  4. Gak perlu ngasih les tambahan, mahal.

  5. Pendidikan itu cuma buat anak pintar.

  6. Anak jangan diajar kaya, nanti besar kepala.

  7. Gak bisa kasih warisan, warisan mentalitas susah pun gak apa-apa.

  8. Nggak apa-apa anak kerja dari kecil, yang penting bantu ekonomi.

  9. Gak usah sekolah tinggi, yang penting cepat nikah.

  10. Wariskan rumah seadanya, udah cukup.

  11. Takut anak lebih sukses dari orang tuanya.

  12. Anak harus ikutin jejak hidup saya, jangan mimpi aneh-aneh.

  13. Anak nggak boleh berpendapat, itu durhaka.

  14. Anak gak perlu belajar teknologi, nanti juga diajar di sekolah.

  15. Tidak mengenalkan literasi keuangan pada anak sejak kecil.

  16. Tidak percaya pada investasi pendidikan jangka panjang.

  17. Lebih suka menikahkan anak cepat daripada kuliah.

  18. Menganggap sukses anak itu nasib, bukan proses.

  19. Anak gak boleh punya cita-cita yang “terlalu tinggi”.

  20. Nggak perlu tabungan pendidikan, toh belum tentu lulus.

  21. Cuma sekolah negeri yang bisa bikin anak pintar.

  22. Takut anak berubah kalau kuliah di luar kota.

  23. Tidak mengenalkan budaya baca sejak dini.

  24. Percaya nasib keluarga tidak bisa diubah.

  25. Nggak ngerti pentingnya parenting zaman sekarang.

  26. Menganggap memarahi anak keras itu tanda cinta.

  27. Tidak mau anak jadi lebih pintar dari orang tua.

  28. Anak laki-laki harus kerja, perempuan cukup di rumah.

  29. Meneruskan kebiasaan hidup boros ke anak.

  30. Tidak punya asuransi pendidikan untuk anak.

  31. Takut anak kecewa, jadi selalu dibelikan meski tak mampu.

  32. Tidak mencontohkan pengelolaan uang kepada anak.

  33. Tidak percaya dengan pendidikan informal seperti coding atau seni.

  34. Memaksa anak masuk jurusan yang diinginkan orang tua.

  35. Menganggap hobi anak buang-buang waktu.

  36. Tidak mempercayai pendidikan luar negeri.

  37. Menyuruh anak nikah cepat supaya “bebas tanggung jawab”.

  38. Tidak mencatat biaya pengeluaran anak.

  39. Tidak ikut terlibat dalam pendidikan anak.

  40. Selalu membandingkan anak dengan anak orang lain.

  41. Percaya bahwa “anak pintar pasti sombong”.

  42. Menganggap warisan itu cuma aset fisik, bukan ilmu.

  43. Tidak mendengarkan aspirasi anak sejak kecil.

  44. Tidak mempercayai anak untuk mengambil keputusan.

  45. Takut anak mencoba hal baru.

  46. Nggak mau anak belajar bahasa asing karena “budaya barat”.

  47. Tidak percaya anak bisa sukses tanpa koneksi.

  48. Meremehkan minat anak pada teknologi atau sains.

  49. Menganggap main game adalah hal negatif tanpa arahkan.

  50. Percaya bahwa hanya guru yang berhak didengar anak.

  51. Memaksa anak bekerja di bidang yang menghasilkan cepat.

  52. Menganggap kritik anak adalah bentuk perlawanan.

  53. Tidak punya rencana jangka panjang untuk pendidikan anak.

  54. Percaya bahwa cinta dan doa cukup tanpa perencanaan.

  55. Menggunakan anak sebagai sumber penghasilan.

  56. Menganggap anak perempuan gak perlu sekolah tinggi.

  57. Meremehkan kemampuan anak untuk berwirausaha.

  58. Tidak membuka komunikasi dua arah dalam keluarga.

  59. Tidak mengajarkan anak tentang tanggung jawab keuangan.

  60. Mengabaikan pengembangan karakter dan soft skill anak.


🔴 KATEGORI 13: MINDSET SOSIAL DAN RELASI YANG MERUGIKAN

(241–300)

  1. Malu punya teman yang sukses karena minder.

  2. Menertawakan teman yang mulai usaha kecil.

  3. Menganggap curhat adalah kelemahan.

  4. Takut ditinggal circle lama kalau berubah.

  5. Gengsi kalau harus berteman dengan orang di bawah level ekonomi.

  6. Merasa iri kalau teman sukses, tapi pura-pura ikut senang.

  7. Bergosip lebih sering daripada diskusi ide.

  8. Merasa relasi itu cuma buat orang kaya.

  9. Tidak mau belajar dari orang yang lebih muda.

  10. Tidak mau ikut komunitas baru.

  11. Takut kelihatan bodoh, jadi tidak mau bertanya.

  12. Gengsi kerja di tempat yang kelihatan “rendahan”.

  13. Rela berutang demi tampil keren di lingkungan.

  14. Takut jadi bahan ejekan kalau berusaha.

  15. Tidak menjaga hubungan profesional.

  16. Takut membuka diri karena trauma sosial.

  17. Tidak punya mentor karena merasa cukup.

  18. Selalu menyalahkan orang lain atas kegagalan sendiri.

  19. Menghindari orang sukses karena takut dinasehati.

  20. Lebih suka lingkungan yang stagnan daripada yang menantang.


🔴 KATEGORI 14: MINDSET POLITIK DAN KETIDAKPERCAYAAN SISTEM

(301–360)

  1. Percaya semua politisi jahat, jadi tidak usah peduli negara.

  2. Berpikir suara dalam pemilu tidak penting.

  3. Tidak mau ikut program bantuan karena "malu" atau curiga.

  4. Tidak percaya pajak karena menganggap negara korup.

  5. Menolak segala program pemerintah, apapun isinya.

  6. Tidak mengurus dokumen legal karena "ribet".

  7. Percaya teori konspirasi lebih dari data resmi.

  8. Takut daftar NPWP karena takut bayar pajak.

  9. Berpikir semua beasiswa sudah diatur.

  10. Percaya perubahan cuma ilusi.

  11. Menganggap aktivisme itu buang waktu.

  12. Tidak percaya sistem hukum bisa adil.

  13. Takut bersuara karena takut dilabeli.

  14. Tidak mau tahu soal hak dan kewajiban warga negara.

  15. Berpikir korupsi tidak bisa diberantas.

  16. Menyalahkan sistem terus-menerus tanpa solusi.

  17. Tidak mau belajar soal kebijakan publik.

  18. Tidak mempercayai institusi pendidikan karena trauma birokrasi.

  19. Takut urus izin usaha karena merasa kecil.

  20. Tidak sadar kekuatan kolektif dalam demokrasi.


🔴 KATEGORI 15: MINDSET TERHADAP RISIKO DAN GAGAL

(361–420)

  1. Sekali gagal, kapok selamanya.

  2. Takut malu lebih besar dari semangat coba lagi.

  3. Nggak berani mulai karena takut dikritik.

  4. Berpikir bahwa aman itu lebih baik daripada sukses.

  5. Merasa gagal adalah akhir segalanya.

  6. Takut meninggalkan zona nyaman.

  7. Menghindari persaingan karena merasa tidak mampu.

  8. Percaya bahwa sukses hanya datang sekali.

  9. Gagal di masa lalu dijadikan alasan stagnan.

  10. Tidak mencari feedback karena takut tersinggung.

  11. Menolak evaluasi diri.

  12. Lebih suka alasan eksternal daripada introspeksi.

  13. Tidak memaafkan diri sendiri.

  14. Percaya bahwa keberanian itu bawaan, bukan latihan.

  15. Takut kehilangan lebih besar dari semangat bertumbuh.

  16. Gagal dianggap sebagai aib.

  17. Membandingkan diri dengan orang sukses untuk menyabotase diri sendiri.

  18. Tidak tahan proses, hanya mau hasil cepat.

  19. Menganggap perjuangan tak berarti jika tidak viral.

  20. Tidak tahu bahwa gagal itu bagian dari belajar.


🔴 KATEGORI 16: MINDSET KONSUMERISME BERLEBIHAN

(421–480)

  1. Belanja adalah pelarian dari stres.

  2. Tidak bisa menahan diri untuk “check out” belanja online.

  3. Merasa wajib punya barang terbaru.

  4. Berpikir lifestyle adalah status.

  5. Terjebak tren tanpa perhitungan.

  6. Belanja untuk menyenangkan orang lain.

  7. Tidak membedakan kebutuhan vs keinginan.

  8. Suka barang branded walau utang.

  9. Tidak menyusun anggaran belanja bulanan.

  10. Gaji naik, gaya hidup ikut naik.

  11. Menganggap diskon adalah peluang, bukan jebakan.

  12. Sering pakai “biar gak ketinggalan zaman” sebagai alasan.

  13. Beli barang demi validasi sosial.

  14. Malas menunda kesenangan.

  15. Tidak percaya konsep minimalisme.

  16. Takut dibilang pelit kalau hidup sederhana.

  17. Lebih bangga punya HP mahal daripada tabungan.

  18. Membeli demi status, bukan fungsi.

  19. Makan di luar terus padahal bisa masak hemat.

  20. Tidak mengevaluasi pengeluaran bulanan.


🔴 KATEGORI 17: MINDSET TENTANG DIRI SENDIRI (IDENTITAS & VALUE)

(481–540)

  1. Saya memang ditakdirkan miskin.

  2. Saya tidak sepintar orang lain.

  3. Saya terlalu tua untuk berubah.

  4. Saya nggak pantas sukses.

  5. Saya cuma orang biasa.

  6. Saya gak cukup pintar untuk mulai usaha.

  7. Saya nggak bisa bahasa Inggris, jadi nggak bisa bersaing.

  8. Saya gak cocok untuk dunia digital.

  9. Saya gak punya modal apa-apa.

  10. Saya selalu sial.

  11. Saya nggak bisa hidup seperti mereka.

  12. Saya terlalu banyak kekurangan.

  13. Saya gak punya waktu untuk belajar.

  14. Saya gak akan pernah bisa kaya.

  15. Saya nggak punya relasi, jadi mustahil sukses.

  16. Saya gagal sekali, berarti saya gagal selamanya.

  17. Saya tidak berbakat.

  18. Saya tidak berhak punya kehidupan yang lebih baik.

  19. Saya cuma bisa pasrah.

  20. Saya bukan siapa-siapa.


🔴 KATEGORI 18: MINDSET TENTANG WAKTU DAN PRODUKTIVITAS

(501–560)

  1. Waktu luang diisi tidur atau rebahan saja.

  2. Tidak punya jadwal harian.

  3. Bangun siang dianggap hal biasa.

  4. Nggak peduli berapa jam habis buat scroll medsos.

  5. Nggak menyusun prioritas harian.

  6. “Nanti aja, masih banyak waktu.”

  7. Tidak menghargai waktu orang lain.

  8. Mengabaikan pentingnya kebiasaan pagi.

  9. Tidak tahu konsep time blocking.

  10. Tidak mengejar efisiensi kerja.

  11. Tidak punya to-do list.

  12. Tidak mengenal pentingnya istirahat produktif.

  13. Menganggap “sibuk” = produktif.

  14. Tidak tahu mana yang penting vs mendesak.

  15. Tidak melacak kemajuan harian.

  16. Waktu weekend selalu dihabiskan foya-foya.

  17. Tidak pernah merenung atau evaluasi mingguan.

  18. Gagal memanfaatkan waktu perjalanan untuk belajar.

  19. Malas ikut pelatihan karena weekend = santai.

  20. Tidak punya target bulanan/tahunan.


🔴 KATEGORI 19: MINDSET TERHADAP BELAJAR DAN PENGEMBANGAN DIRI

(561–620)

  1. Belajar itu cuma untuk anak sekolah.

  2. Belajar skill baru dianggap buang-buang waktu.

  3. Tidak suka membaca buku.

  4. Tidak menyukai tantangan belajar.

  5. Malas ikut pelatihan meskipun gratis.

  6. Merasa cukup dengan ilmu sekarang.

  7. Tidak tahu belajar mandiri itu mungkin.

  8. Tidak suka nulis atau dokumentasi belajar.

  9. Merasa tidak bisa belajar karena usia.

  10. Tidak percaya belajar bisa ubah hidup.

  11. Selalu bilang “aku gaptek”.

  12. Tidak belajar dari kesalahan.

  13. Tidak mencatat pelajaran hidup.

  14. Malas baca artikel atau referensi baru.

  15. Takut mencoba hal baru karena belum pernah.

  16. Meremehkan orang yang rajin belajar.

  17. Nggak suka belajar dari YouTube/podcast.

  18. Tidak cari mentor atau role model.

  19. Tidak ikut komunitas belajar.

  20. Menghindari belajar karena takut terlihat bodoh.


🔴 KATEGORI 20: MINDSET FINANSIAL TOXIC (BERULANG-ULANG)

(621–680)

  1. Hidup dari gaji ke gaji.

  2. Gaji langsung habis di awal bulan.

  3. Tidak punya anggaran.

  4. Tidak tahu ke mana larinya uang tiap bulan.

  5. Tidak membedakan pengeluaran tetap dan variabel.

  6. Tidak punya dana darurat.

  7. Gak ngerti konsep arus kas masuk dan keluar.

  8. Gaji naik, gaya hidup naik.

  9. Tidak pernah mencatat keuangan pribadi.

  10. Tidak punya rekening khusus tabungan.

  11. Suka transfer uang tanpa alasan jelas.

  12. Tidak menabung secara otomatis.

  13. Menyimpan uang di dompet terus.

  14. Tidak membagi uang ke dalam pos.

  15. Semua ditaruh di satu rekening.

  16. Tidak tahu rasio sehat keuangan.

  17. Tidak tahu pentingnya asuransi.

  18. Tidak menyiapkan masa pensiun.

  19. Gagal membedakan produktif dan konsumtif.

  20. Menganggap tabungan kecil tidak penting.


🔴 KATEGORI 21: MINDSET TERHADAP USAHA DAN BISNIS

(681–740)

  1. Takut rugi, jadi tidak pernah mulai usaha.

  2. Berpikir butuh modal besar untuk mulai.

  3. Takut jualan karena malu.

  4. Berpikir bisnis itu cuma buat orang kaya.

  5. Tidak percaya diri dengan produk sendiri.

  6. Tidak pernah riset pasar.

  7. Tidak percaya dengan digital marketing.

  8. Tidak tahu pentingnya branding.

  9. Tidak mengerti margin dan profit.

  10. Tidak mencatat keuangan bisnis.

  11. Tidak pernah evaluasi usaha.

  12. Tidak membangun customer loyalty.

  13. Takut ekspansi karena takut gagal.

  14. Gagal satu kali langsung menyerah.

  15. Tidak konsisten.

  16. Tidak belajar dari kompetitor.

  17. Menjual apa saja tanpa strategi.

  18. Gagal memanfaatkan media sosial.

  19. Tidak sabar dalam proses usaha.

  20. Ingin hasil cepat dari bisnis baru.


🔴 KATEGORI 22: MINDSET HUBUNGAN DENGAN TEKNOLOGI DAN AI MODERN

(741–800)

  1. AI itu untuk orang jenius.

  2. Takut teknologi menggantikan manusia.

  3. Tidak coba pakai tools AI gratis.

  4. Tidak belajar skill masa depan.

  5. Tidak ikut kelas online AI karena takut pusing.

  6. Merasa teknologi terlalu cepat untuk dipahami.

  7. Tidak upgrade laptop/gadget karena "gak penting".

  8. Meremehkan teknologi baru.

  9. Nggak mau explore tools seperti ChatGPT, Canva, Notion, dll.

  10. Tidak sadar pentingnya keterampilan AI dalam kerja modern.

  11. Tidak tahu cara buat portofolio digital.

  12. Tidak ikut challenge coding/data.

  13. Tidak aktif di platform komunitas teknologi.

  14. Merasa terlambat ikut teknologi.

  15. Menghindari tantangan digital transformation.

  16. Tidak percaya bisa menghasilkan lewat AI tools.

  17. Takut beradaptasi karena takut gagal.

  18. Menolak belajar software meski relevan dengan pekerjaan.

  19. Menyuruh anak “jangan main komputer terus”.

  20. Tidak tahu pentingnya cybersecurity.


🔴 KATEGORI 23: MINDSET HUBUNGAN DENGAN DIRI SENDIRI (PSIKOLOGIS)

(801–860)

  1. Mengkritik diri sendiri secara berlebihan.

  2. Tidak menghargai proses pribadi.

  3. Malas mencintai diri sendiri.

  4. Tidak memaafkan kesalahan masa lalu.

  5. Malu mengakui kebutuhan untuk berkembang.

  6. Takut terlihat bodoh saat belajar hal baru.

  7. Tidak percaya bahwa diri punya potensi.

  8. Membandingkan diri terus-menerus.

  9. Tidak punya kebiasaan menulis jurnal.

  10. Meremehkan hal kecil yang sudah dilakukan.

  11. Takut sukses karena tanggung jawab.

  12. Tidak berani berbicara di depan umum.

  13. Takut dikenal karena takut gagal dilihat banyak orang.

  14. Tidak punya “me time” produktif.

  15. Terjebak di rutinitas yang melelahkan tapi tidak berkembang.

  16. Menghindari introspeksi.

  17. Tidak percaya diri karena trauma masa lalu.

  18. Tidak bisa bilang “tidak”.

  19. Sering menyabotase peluang sendiri.

  20. Meremehkan kelebihan diri.


🔴 KATEGORI 24: MINDSET TERHADAP KEMERDEKAAN FINANSIAL

(861–920)

  1. Kaya itu cuma buat artis/politisi.

  2. Gaji UMR gak bisa merdeka finansial.

  3. Merdeka finansial itu mitos.

  4. Tidak tahu apa itu passive income.

  5. Tidak punya strategi pensiun.

  6. Tidak punya aset produktif.

  7. Menabung tanpa tujuan.

  8. Tidak tahu kapan akan berhenti kerja.

  9. Tidak membuat sistem keuangan keluarga.

  10. Tidak tahu konsep compound interest.

  11. Tidak paham konsep “uang kerja untuk kamu”.

  12. Hanya bergantung pada satu sumber penghasilan.

  13. Tidak mencoba side hustle.

  14. Takut membuat penghasilan pasif.

  15. Tidak membuat laporan keuangan bulanan.

  16. Tidak mengatur pajak pribadi.

  17. Tidak tahu nilai waktu uang (time value of money).

  18. Gagal mengukur kekayaan bersih.

  19. Mengira kaya = punya mobil dan rumah saja.

  20. Meremehkan kekuatan investasi jangka panjang.


🔴 KATEGORI 25: MINDSET TERHADAP PELUANG GLOBAL DAN SKALA DUNIA

(921–980)

  1. Tidak tahu bisa kerja remote untuk luar negeri.

  2. Tidak pernah mencoba platform freelance global.

  3. Meremehkan kemampuan berbahasa asing.

  4. Tidak tahu pentingnya TOEFL/IELTS.

  5. Takut bersaing di pasar global.

  6. Tidak pernah berpikir untuk menjual ke luar negeri.

  7. Tidak riset negara lain untuk peluang bisnis.

  8. Tidak percaya bisa go internasional.

  9. Tidak tahu pentingnya portofolio internasional.

  10. Tidak pernah daftar beasiswa luar negeri.

  11. Tidak mencoba networking internasional.

  12. Tidak tahu cara ikut proyek luar negeri.

  13. Tidak pernah ikut event internasional (webinar, bootcamp, hackathon).

  14. Tidak tahu pentingnya branding global.

  15. Takut kerja di luar negeri karena stereotip.

  16. Tidak pernah bikin CV bahasa Inggris.

  17. Meremehkan peluang digital nomad.

  18. Tidak mengikuti tren dunia.

  19. Tidak berani cari mentor global.

  20. Tidak tahu tentang internet economy dan digital export.


🔴 KATEGORI 26: MINDSET YANG TERLALU PASIF, MENUNGGU, DAN TAKUT TINDAKAN

(981–1000)

  1. Saya tunggu aja kesempatan datang.

  2. Nunggu “momentum tepat” tanpa aksi.

  3. Hobi menunda.

  4. Lebih suka berpikir daripada bertindak.

  5. Merasa harus tahu semuanya sebelum mulai.

  6. Terjebak overthinking.

  7. Takut memulai karena takut tidak sempurna.

  8. Menunda mimpi karena sibuk hal kecil.

  9. Berharap ada orang lain yang mengubah hidupnya.

  10. Menghindari keputusan sulit.

  11. Tidak mulai menulis ide yang dipikirkan.

  12. Tidak menyusun rencana, hanya berharap.

  13. Takut gagal lebih besar daripada semangat maju.

  14. Menggantungkan diri pada bantuan orang lain.

  15. Tidak tahu kekuatan langkah kecil.

  16. Selalu menunggu waktu terbaik.

  17. Takut berbuat salah jadi diam.

  18. Takut mencoba sesuatu sendirian.

  19. Lebih suka nyaman dalam stagnasi.

  20. Selalu tanya “gimana kalau gagal?” tapi gak pernah tanya “gimana kalau sukses?”



Comments