Fenomena Perokok di Indonesia 2025: Dampak, Manfaat, dan Kenyataan
"Saat 73,2% laki-laki di Indonesia menjadi perokok, kita harus bertanya: lebih banyak untung atau rugi?"
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2025 menunjukkan fakta mencengangkan: 73,2% laki-laki Indonesia adalah perokok aktif, sementara secara keseluruhan sekitar 38,7% penduduk Indonesia juga merokok. Ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase perokok laki-laki tertinggi di dunia.
Tak hanya itu, laporan Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa sekitar 70 juta orang Indonesia adalah perokok aktif, dan 7,4% di antaranya merupakan remaja berusia 10–18 tahun.
Dampak Negatif (Mudharat) yang Mendominasi
Secara logika sehat, dampak buruk merokok di Indonesia sangat besar:
-
Kesehatan: Meningkatkan risiko penyakit jantung, kanker paru, stroke, dan gangguan pernapasan kronis.
-
Produktivitas Nasional: Sakit akibat rokok mengurangi angka harapan hidup dan memperbesar beban sosial.
-
Beban Ekonomi: Biaya pengobatan akibat rokok membebani negara melalui pembiayaan BPJS dan sektor kesehatan.
-
Generasi Muda: Anak muda perokok berisiko memiliki kualitas hidup yang lebih rendah ke depannya.
-
Lingkungan: Puntung rokok menjadi salah satu limbah berbahaya yang mengotori kota dan pesisir.
Diperkirakan, lebih dari 80% dampak dari tingginya jumlah perokok di Indonesia adalah negatif atau merugikan.
Sisi "Keuntungan" yang Terbatas
Di sisi lain, industri rokok memang memberikan beberapa kontribusi positif:
-
Pendapatan Pajak: Menyumbang 10-13% terhadap pajak nasional.
-
Lapangan Kerja: Memberi pekerjaan kepada jutaan orang di sektor pertanian, pabrik, hingga distribusi.
-
Penggerak Ekonomi Lokal: Beberapa daerah mengandalkan industri ini sebagai tumpuan ekonomi.
Namun, secara keseluruhan, keuntungannya hanya sekitar 10–20%, dan umumnya bersifat jangka pendek.
Kesimpulan: Saatnya Menimbang dengan Bijak
Jika dilihat dari rasionalitas dan data, mudharat dari fenomena ini jelas mengalahkan keuntungannya.
Dengan 80–90% efek negatif dan hanya 10–20% manfaat ekonomi, jelas bahwa perlu ada langkah serius untuk mengurangi angka perokok di Indonesia, khususnya di kalangan remaja.
"Masa depan Indonesia bergantung pada generasi muda. Dan masa depan itu sebaiknya tidak dibungkus asap rokok."
Catatan: Artikel ini disusun berdasarkan data BPS dan Kementerian Kesehatan tahun 2025.
Sumber data:
https://kemkes.go.id/eng/tekan-konsumsi-perokok-anak-dan-remaja
Comments
Post a Comment
Silahkan masukkan komentar anda