Cermin Tentang Jahat dan Diri Sendiri

 

Pemahaman berpikir sejati

Pernahkah kamu, di tengah malam yang sunyi, bertanya: “Siapa sebenarnya orang paling jahat di dunia ini?”

Kita sering kali terburu-buru menunjuk ke luar: dia, mereka, kelompok itu. Tapi sebelum itu, kenapa tidak kita tanya dulu ke diri sendiri?

Apakah aku... jahat?

Karena bisa jadi, seseorang yang kamu anggap jahat—ternyata dianggap baik oleh orang lain: kerabatnya, sahabatnya, bahkan orang-orang yang hidupnya pernah disentuh oleh kebaikannya.

Di titik ini, kita sadar satu hal penting: kata ‘jahat’ itu sendiri bisa kabur maknanya, bila tidak kita pahami secara jernih dan penuh kesadaran.

Perspektif itu menciptakan kerancuan. Penilaian cepat memicu prasangka. Dan tanpa sadar, kita telah menghakimi, bukan mengkritik.

Lalu, apa itu jahat?

Jahat bukan hanya tentang korupsi, pembunuhan, atau manipulasi kekuasaan—meski itu jelas tindakan jahat secara moral dan hukum. Tapi jahat juga bisa sekecil:

  • Diam saat melihat ketidakadilan.

  • Berprasangka buruk tanpa bukti.

  • Merendahkan seseorang karena perbedaan.

  • Membungkam suara lain hanya karena tak sepaham.

Sering kali, jahat itu bukan soal tindakan besar. Tapi soal pengabaian terhadap nurani.

Bahkan iblis dulunya sujud. Bahkan malaikat pernah ragu. Bahkan yang terlihat suci... bisa saja penuh cela.

Manusia bukan hitam-putih. Kita semua berada di antara terang dan gelap—berjalan di atas garis tipis antara benar dan salah.

Maka sebelum kamu menunjuk orang lain sebagai “yang paling jahat”…

Lihat ke dalam dirimu. Bercerminlah. Tanyakan dengan jujur: “Apakah aku pernah, bahkan tanpa sadar… menjadi jahat bagi orang lain?”

Mengkritik sifat itu wajar. Perlu, bahkan. Tapi menghakimi manusia secara utuh? Itu urusan berat. Karena kita pun belum tentu lebih baik.

Manusia sejati adalah yang menyadari: Bahwa ia tahu, bahwa ia tidak tahu. Bahwa ia sadar, bahwa ia masih belajar.

Dan di sanalah letak kebijaksanaan pertama tumbuh: Kesadaran akan keterbatasan diri.

Selamat tidur, wahai pencari kebenaran. Semoga malam ini bukan hanya waktu untuk istirahat, tapi juga momen untuk mengenali siapa sebenarnya dirimu yang paling jujur.



Comments