Apakah Kuliah Masih Relevan ?

Di penghujung tahun 2024, pertanyaan relevansi kuliah semakin sering muncul. Di satu sisi, pendidikan tinggi tetap dianggap sebagai jalan menuju kesuksesan; di sisi lain, munculnya berbagai alternatif seperti pelatihan daring (online learning), magang, dan kursus keterampilan praktis telah menantang pandangan tradisional ini. Mengingat tingginya biaya kuliah yang semakin melambung, banyak yang mulai meragukan apakah gelar sarjana benar-benar memberikan nilai yang sebanding dengan biaya dan waktu yang dikeluarkan.



Di bahasan ini, kita akan mengulas mengenai relevansi kuliah dimasa ini dengan mempertimbangkan berbagai perspektif—mulai dari data akademis dan opini publik hingga perkembangan di dunia industri dan pengaruh para tokoh berpengaruh.


Biaya Kuliah yang Melonjak Tajam

Salah satu alasan utama mengapa banyak orang mulai mempertanyakan relevansi kuliah adalah biaya pendidikan yang terus meningkat. Menurut data terbaru, biaya kuliah di Amerika Serikat rata-rata mencapai sekitar $36,436 per tahun, belum termasuk biaya hidup, buku, dan peralatan lainnya. Dengan inflasi biaya pendidikan yang jauh melampaui inflasi ekonomi secara keseluruhan, tidak mengherankan jika banyak calon mahasiswa merasa pendidikan tinggi semakin tidak terjangkau. 


Selain itu, semakin banyak keluarga yang harus berhutang untuk membiayai pendidikan anak mereka, yang mengarah pada tumpukan utang pelajar yang mengkhawatirkan. Studi dari EducationData.org menunjukkan bahwa pada tahun 2023, total utang pelajar di Amerika Serikat mencapai lebih dari $1,7 triliun. Tentu saja, angka ini menciptakan kekhawatiran tentang bagaimana utang tersebut akan mempengaruhi kehidupan finansial mahasiswa setelah lulus.


Peningkatan Ketersediaan Pelatihan Alternatif

Selain biaya kuliah yang membengkak, munculnya berbagai platform pembelajaran daring seperti Coursera, Udemy, dan edX kini memberikan pilihan alternatif bagi mereka yang ingin mendapatkan keterampilan praktis tanpa harus mengeluarkan biaya besar. Platform-platform ini memungkinkan seseorang untuk belajar langsung dari para ahli di bidangnya dan memperoleh sertifikat yang diakui oleh industri. Ini tentu memberikan dorongan bagi banyak orang untuk mempertimbangkan pendidikan non-formal sebagai jalur yang lebih efisien.


Tidak hanya itu, semakin banyak perusahaan besar—terutama di sektor teknologi—yang mulai membuka peluang kerja bagi individu tanpa gelar sarjana. Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan besar seperti Google dan Apple sudah tidak lagi menjadikan gelar sarjana sebagai syarat utama dalam proses rekrutmen. Ini menunjukkan bahwa keterampilan praktis dan pengalaman kerja lebih dihargai daripada gelar akademis formal.


Apakah Gelar Sarjana Masih Memiliki Nilai di Pasar Kerja?

Meskipun banyak perusahaan yang mulai mengurangi ketergantungan pada gelar sarjana, fakta tetap menunjukkan bahwa pendidikan tinggi masih memiliki dampak besar pada peluang karier dan potensi penghasilan. Penelitian yang dilakukan oleh Georgetown University menunjukkan bahwa seseorang dengan gelar sarjana dapat menghasilkan rata-rata $2,8 juta lebih banyak sepanjang hidup dibandingkan dengan mereka yang hanya memiliki ijazah SMA. Bahkan, di banyak bidang pekerjaan, gelar sarjana masih dianggap sebagai standar minimum untuk melamar posisi tertentu.


Selain itu, universitas menawarkan lebih dari sekadar materi akademik. Di perguruan tinggi, mahasiswa mengembangkan berbagai keterampilan lunak (soft skills) seperti kemampuan komunikasi, manajemen waktu, kerja tim, dan kepemimpinan—keterampilan yang sangat dihargai oleh pemberi kerja. Lingkungan kampus juga memberikan kesempatan untuk membangun jaringan profesional yang sangat berharga. Menurut sebuah penelitian, sekitar 85% pekerjaan ditemukan melalui jaringan. Oleh karena itu, meski gelar sarjana tidak selalu diperlukan, jaringan yang dibangun selama masa kuliah dapat menjadi faktor penentu dalam kesuksesan karier seseorang.


Kesenjangan Antara Sektor Tertentu dan Pendidikan Tinggi

Meskipun pendidikan tinggi masih relevan dalam banyak sektor, ada beberapa bidang yang semakin mengutamakan keterampilan praktis dan pengalaman kerja. Industri teknologi adalah contoh yang paling mencolok. Banyak perusahaan teknologi besar, seperti Tesla dan Microsoft, lebih tertarik pada kemampuan teknis dan pengalaman kerja daripada gelar sarjana. Hal ini semakin memperkuat pandangan bahwa kuliah mungkin bukan pilihan terbaik bagi semua orang, terutama mereka yang memiliki minat dalam bidang-bidang yang bisa dipelajari melalui kursus daring atau pelatihan kejuruan.


Di sisi lain, untuk sektor-sektor seperti hukum, kedokteran, dan pendidikan, gelar sarjana dan gelar pascasarjana tetap menjadi persyaratan yang tidak dapat dinegosiasikan. Jadi, relevansi kuliah sangat bergantung pada bidang yang ingin ditekuni oleh seseorang. Jika karier yang diinginkan membutuhkan pemahaman mendalam tentang teori dan praktik yang hanya bisa diajarkan di lembaga pendidikan formal, maka kuliah tetap menjadi pilihan yang sama sekali tak tergantikan.


Perspektif Masyarakat dan Influencer

Pandangan masyarakat terhadap kuliah di tahun 2024 dipengaruhi oleh pengaruh dari para tokoh terkenal, terutama di media sosial. Influencer dan pengusaha besar seperti Elon Musk dan Bill Gates secara terbuka menyatakan bahwa gelar sarjana tidaklah diperlukan untuk mencapai kesuksesan. Pernyataan semacam ini memberi dorongan bagi banyak orang untuk mengeksplorasi jalur non-tradisional untuk meraih tujuan mereka.


Namun, meskipun banyak tokoh publik yang mengkritik sistem pendidikan tinggi, harus dicatat bahwa mereka sering berbicara dari posisi yang sama sekali berbeda. Mereka sudah memiliki sumber daya dan koneksi yang memungkinkan mereka untuk sukses tanpa pendidikan formal. Bagi sebagian besar orang, gelar sarjana tetap memberikan akses yang lebih besar kepada peluang profesional yang mungkin sulit dicapai tanpa pendidikan formal.


Conclusion: Apakah Kuliah Masih Relevan di masa kini?

Kuliah di tahun ini masih memiliki relevansi yang signifikan, terutama bagi mereka yang tertarik dalam bidang-bidang tertentu yang membutuhkan pengetahuan akademis yang mendalam dan sertifikasi profesional. Tapi, bagi sebagian orang, terutama di sektor-sektor yang lebih berfokus pada keterampilan teknis atau pengalaman praktis, alternatif seperti pelatihan daring atau magang bisa menjadi jalur yang lebih efisien dan menguntungkan.


Pada akhirnya, keputusan untuk melanjutkan kuliah harus didasarkan pada tujuan pribadi, karier yang ingin dikejar, serta kemampuan finansial. Bagi yang ingin mengejar karier profesional di bidang yang membutuhkan pendidikan formal, kuliah tetap menjadi pilihan yang relevan. Tapi, bagi mereka yang lebih tertarik untuk langsung terjun ke dunia kerja atau memulai usaha sendiri, pendidikan non-formal dapat menjadi pilihan yang lebih fleksibel dan hemat biaya.


Referensi:

1. "Is College Worth It in 2024?" Business Insider, 18 Juli 2024. https://www.businessinsider.com/gen-xer-cant-find-job-unemployment-degree-useless-hiring-remote-2024-9

2. "4 Ways College Degrees Are Still Relevant in 2024," Workhap Blog. https://workhap.com

3. "Cost of College Tuition in 2024," EducationData.org. https://www.educationdata.org

Comments