Mana Yang Benar dan Salah ?

 




Di tengah hiruk-pikuk kehidupan dunia yang penuh warna, kita tak bisa menutup mata terhadap kenyataan pahit yang terjadi di belahan dunia lain. Di satu sisi, ada mereka yang menikmati keindahan hidup, tertawa dan bercanda. Namun, di sisi lain, ada mereka yang berjuang mempertahankan hak hidup di bawah ancaman senjata dan kekerasan. Situasi seperti ini, yang kini terjadi di Palestina dan Israel, menuntut perhatian kita semua.


Tidak memandang gender atau usia, konflik ini telah merenggut nyawa pria, wanita, orang tua, hingga anak-anak. Pertanyaannya, di tengah kemewahan dan kesenangan yang kita nikmati, apakah kita benar-benar peduli terhadap mereka yang setiap detiknya berada dalam bayang-bayang kematian? Bagaimana jika situasi mengerikan itu menimpa kita? Apakah kita cukup kuat untuk menghadapi kenyataan tersebut?


Konflik dan kekacauan yang terjadi tidak bisa dipandang hitam putih. Sejarah mencatat banyak contoh tentang bagaimana kekuasaan dan ambisi bisa memicu kekerasan dan penderitaan. Kasus Palestina dan Israel adalah salah satu refleksi dari kekacauan yang diakibatkan oleh perebutan kekuasaan.


Berbicara mengenai pihak yang benar atau salah dalam konflik ini membutuhkan kedewasaan berpikir tanpa dibalut emosi. Di satu sisi, kita melihat penderitaan rakyat Palestina yang menjadi korban. Saya pribadi turut merasakan duka yang mendalam atas kehilangan yang mereka alami. Saya percaya, perjuangan mereka akan mendapatkan balasan yang setimpal di akhirat.


Di sisi lain, kita tidak bisa menafikan sejarah penderitaan yang dialami oleh Yahudi, terutama saat peristiwa Holocaust. Konflik ini telah menewaskan jutaan Yahudi, dan sosok seperti Oskar Schindler menjadi pahlawan karena menyelamatkan sekitar 1.200 Yahudi dari kematian. Cerita ini tertuang dalam buku dan film "Schindler's List", yang memperlihatkan sisi kemanusiaan di tengah kebrutalan perang.


Lalu, apakah adil untuk menyalahkan Israel atas semua ini? Pandangan saya adalah bahwa konflik ini adalah sebuah siklus sejarah, di mana ambisi untuk berkuasa memicu penderitaan dan kekacauan. Tidak ada pihak yang sepenuhnya benar atau salah. Yang ada hanyalah sebab dan akibat dari tindakan yang diambil.


Kita sering mengeluh tentang hal-hal sepele dalam hidup kita, sementara di tempat lain, orang-orang berjuang untuk bertahan hidup. Ketika kita mengeluh tidak bisa liburan, di sana setiap detiknya orang tertembak. Ketika kita mengeluh belum sukses, di sana setiap detiknya orang tertembak. Ketika kita mengeluh belum menemukan jodoh, di sana setiap detiknya orang tertembak. Kita bukan kekurangan, tetapi kurang bersyukur dan terlalu banyak mengeluh atas nikmat yang kita miliki.


Saya, Ijaj Maulana, berharap tulisan ini bisa membuka mata kita semua untuk lebih peduli dan bersyukur atas apa yang kita miliki. Saya akan terus berusaha melakukan yang terbaik sesuai kemampuan saya dalam menghadapi tragedi yang terjadi saat ini. Sampai jumpa di tulisan berikutnya.

Comments